Saturday, November 8, 2014

Exemplary Character : Membuang sampah pada tempatnya atau malu

Halo semua, apa kabar?
Sudah lama saya tidak mem-post sesuatu di sini. Kehidupan kelas 3 SMA ternyata sangat ketat, untuk punya waktu luang saja susah karena hari libur atau weekend digunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas yang menumpuk.
Beruntung sekarang saya punya waktu untuk menulis satu post sebelum pergi ke sekolah. Haha.

= = =

Jepang adalah negara yang terkenal dengan kebersihan lingkungannya. Hampir tidak terlihat satu bungkus permen pun tergeletak sembarangan di jalanan umum, apalagi sampah yang lebih besar. Bersihnya jalanan di Jepang merupakan salah satu hasil tindakan go green tak sadar yang dilakukan oleh masyarakat. 

Sumber
Sejak kecil, masyarakat Jepang sudah diajarkan untuk malu membuang sampah sembarangan. Hasilnya, mereka lebih takut pada marahnya masyarakat (keluarga, teman, tetangga, dsb) daripada sanksi hukum yang berlaku. And for your information, pemilahan sampah di Jepang itu bukan hanya organik dan anorganik, lho. Di sana, jenis sampah dibagi menjadi 4, 9, sampai 44 kategori yaitu di daerah Kamikatsu, Prefektur Tokushima! Widih, keren!

Sumber
 Hal inilah mengapa kita sangat jarang, malah tidak pernah melihat banjir atau segala macam bencana alam kecil yang disebabkan oleh sampah di Jepang.

= = =

#Mycomments Corner :

Apa yang mereka katakan. "Kan orang Jepang sudah diajarkan untuk malu dari kecil, sedangkan kita hanya diajarkan untuk mengingat ini dan itu." Kata-kata ini sering dilontarkan oleh kawan-kawan saya yang kepergok membuang sampah sembarangan dan saya beritahu mengenai karakter orang Jepang mengenai sampah. Agak kecewa mendengarnya, tapi mau dikata apa lagi?

Pendidikan. Kalau saya boleh jujur, pendidikan sampah di Indonesia ketinggalan 10 atau malah 100 tahun dari yang seharusnya diterapkan sekarang. Apa yang dilakukan oleh sekolah atau fasilitas umum (mall, rumah sakit, dsb) hanyalah sebatas memasang peringatan "Buanglah sampah pada tempatnya.".
Atau menggunakan kata-kata yang terdengar bijak, seperti "Membuang satu sampah pada tempatnya = satu amal yang akan membantu kalian di akhirat.", sampai kalimat yang kurang pantas untuk dikatakan sebagai peringatan umum. Kesal boleh saja, tapi ada batasnya.

Inilah contoh peringatan yang kurang baik.  Sumber
Mungkin niatnya baik, tapi sayang, sangat kurang efektif. Tidaklah semua orang kan membaca peringatan-peringatan tersebut, terlebih lagi kalau peringatan itu sendiri tidak dirawat dengan baik (misal : tidak dilaminating, lalu kehujanan dan memudar).

Sistem yang diberlakukan. Beberapa pihak, terutama sekolah, menggunakan sistem "kau lakukan hal tersebut, kami sanksi" atau dalam kasus ini, "kau buang sembarangan, kami sanksi sembarangan juga" sebagai cara agar orang-orang/murid-muridnya menuruti aturan tersebut, akan tetapi hal ini kurang baik, apalagi untuk mereka yang masih belajar, mengapa? Sistem ini bersifat agresif dan memaksa, dapat menyebabkan provokasi pada mereka yang dituju. Lama-kelamaan, sistem tersebut akan mengakar di benak anak-anak, ketika mereka telah dewasa, mereka akan menerapkan hal tersebut pada anak mereka pula, pada akhirnya terbentuklah rantai provokasi yang tidak berujung.

Hei, kawan. Justru merekalah yang menjaga lingkungan lebih bersih. Mereka juga manusia, perlakukan sebagai manusia pula. Sumber

Sanksi keras, bukanlah jalan keluar untuk mendisiplinkan. Hukuman atau sanksi kecil yang tidak bersifat agresif bisa saja mendidik secara lambat, namun pasti. Hal tersebut lebih baik daripada cara yang singkat dan memaksa, tapi ada kemungkinan merusak.
Pemikiran yang luas, hal tersebutlah yang kita butuhkan. Mari kita didik anak-anak kita dari sejak dini, tidak pernah lelah mengingatkan dan tentunya mengingatkan diri sendiri agar membuang sampah pada tempatnya dan ingatkan pula apa sebab yang akan mereka dapatkan, positif maupun negatif, agar dapat dibandingkan dan mereka mempunyai alasan untuk melakukan atau tidak melakukan tersebut.

= = =

Cukup panjang, ya? Haha.
Demo nee.. Karakter malu membuang sampah sembarangan ini memang patut dicontoh, karena dari hal kecil tersebut, kita dapat menjadi orang yang lebih disiplin dalam hal lain juga.
Yosh, cukup sampai di sini dulu ya, minna?
Matta nee~

No comments:

Post a Comment