Saturday, November 8, 2014

Exemplary Character : Membuang sampah pada tempatnya atau malu

Halo semua, apa kabar?
Sudah lama saya tidak mem-post sesuatu di sini. Kehidupan kelas 3 SMA ternyata sangat ketat, untuk punya waktu luang saja susah karena hari libur atau weekend digunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas yang menumpuk.
Beruntung sekarang saya punya waktu untuk menulis satu post sebelum pergi ke sekolah. Haha.

= = =

Jepang adalah negara yang terkenal dengan kebersihan lingkungannya. Hampir tidak terlihat satu bungkus permen pun tergeletak sembarangan di jalanan umum, apalagi sampah yang lebih besar. Bersihnya jalanan di Jepang merupakan salah satu hasil tindakan go green tak sadar yang dilakukan oleh masyarakat. 

Sumber
Sejak kecil, masyarakat Jepang sudah diajarkan untuk malu membuang sampah sembarangan. Hasilnya, mereka lebih takut pada marahnya masyarakat (keluarga, teman, tetangga, dsb) daripada sanksi hukum yang berlaku. And for your information, pemilahan sampah di Jepang itu bukan hanya organik dan anorganik, lho. Di sana, jenis sampah dibagi menjadi 4, 9, sampai 44 kategori yaitu di daerah Kamikatsu, Prefektur Tokushima! Widih, keren!

Sumber
 Hal inilah mengapa kita sangat jarang, malah tidak pernah melihat banjir atau segala macam bencana alam kecil yang disebabkan oleh sampah di Jepang.

= = =

#Mycomments Corner :

Apa yang mereka katakan. "Kan orang Jepang sudah diajarkan untuk malu dari kecil, sedangkan kita hanya diajarkan untuk mengingat ini dan itu." Kata-kata ini sering dilontarkan oleh kawan-kawan saya yang kepergok membuang sampah sembarangan dan saya beritahu mengenai karakter orang Jepang mengenai sampah. Agak kecewa mendengarnya, tapi mau dikata apa lagi?

Pendidikan. Kalau saya boleh jujur, pendidikan sampah di Indonesia ketinggalan 10 atau malah 100 tahun dari yang seharusnya diterapkan sekarang. Apa yang dilakukan oleh sekolah atau fasilitas umum (mall, rumah sakit, dsb) hanyalah sebatas memasang peringatan "Buanglah sampah pada tempatnya.".
Atau menggunakan kata-kata yang terdengar bijak, seperti "Membuang satu sampah pada tempatnya = satu amal yang akan membantu kalian di akhirat.", sampai kalimat yang kurang pantas untuk dikatakan sebagai peringatan umum. Kesal boleh saja, tapi ada batasnya.

Inilah contoh peringatan yang kurang baik.  Sumber
Mungkin niatnya baik, tapi sayang, sangat kurang efektif. Tidaklah semua orang kan membaca peringatan-peringatan tersebut, terlebih lagi kalau peringatan itu sendiri tidak dirawat dengan baik (misal : tidak dilaminating, lalu kehujanan dan memudar).

Sistem yang diberlakukan. Beberapa pihak, terutama sekolah, menggunakan sistem "kau lakukan hal tersebut, kami sanksi" atau dalam kasus ini, "kau buang sembarangan, kami sanksi sembarangan juga" sebagai cara agar orang-orang/murid-muridnya menuruti aturan tersebut, akan tetapi hal ini kurang baik, apalagi untuk mereka yang masih belajar, mengapa? Sistem ini bersifat agresif dan memaksa, dapat menyebabkan provokasi pada mereka yang dituju. Lama-kelamaan, sistem tersebut akan mengakar di benak anak-anak, ketika mereka telah dewasa, mereka akan menerapkan hal tersebut pada anak mereka pula, pada akhirnya terbentuklah rantai provokasi yang tidak berujung.

Hei, kawan. Justru merekalah yang menjaga lingkungan lebih bersih. Mereka juga manusia, perlakukan sebagai manusia pula. Sumber

Sanksi keras, bukanlah jalan keluar untuk mendisiplinkan. Hukuman atau sanksi kecil yang tidak bersifat agresif bisa saja mendidik secara lambat, namun pasti. Hal tersebut lebih baik daripada cara yang singkat dan memaksa, tapi ada kemungkinan merusak.
Pemikiran yang luas, hal tersebutlah yang kita butuhkan. Mari kita didik anak-anak kita dari sejak dini, tidak pernah lelah mengingatkan dan tentunya mengingatkan diri sendiri agar membuang sampah pada tempatnya dan ingatkan pula apa sebab yang akan mereka dapatkan, positif maupun negatif, agar dapat dibandingkan dan mereka mempunyai alasan untuk melakukan atau tidak melakukan tersebut.

= = =

Cukup panjang, ya? Haha.
Demo nee.. Karakter malu membuang sampah sembarangan ini memang patut dicontoh, karena dari hal kecil tersebut, kita dapat menjadi orang yang lebih disiplin dalam hal lain juga.
Yosh, cukup sampai di sini dulu ya, minna?
Matta nee~

Saturday, September 13, 2014

Akabeko, "Sapi Merah dari Aizu"

Sapi berkulit merah? Ada.
Tidak percaya? Coba kalian datang ke prefektur Fukushima dan kalian akan bertemu dengan si sapi merah di Aizu.
Begitu sampai di Aizu-Wakamatsu, kalian akan disambut oleh sebuah patung berbentuk sapi dengan ukuran yang lumayan besar dan benar, sapi itu berwarna merah. Ini dia yang di sebut dengan "Akabeko" atau "sapi merah" yang menjadi simbol bagi wilayah Aizu, daerah bagian barat dari prefektur Fukushima.

Akabeko adalah salah satu omocha tradisional dari Jepang. Terbuat dari kayu yang diselubungi oleh bubur kertas, lalu di cat berwarna merah juga ornamen berwarna lainnya. Tentu saja semuanya dilakukan dengan tangan manusia langsung tanpa bantuan mesin.
Akabeko memiliki kepala yang tidak tersatu dengan badannya secara langsung, bila kita sentuh kepalanya sedikit saja, kepala Akabeko akan bergerak keatas dan kebawah juga kesamping. Sangat lucu, mirip seperti hiasan untuk pajangan di mobil atau meja tamu yang bergerak dalam jangka waktu yang lumayan lama. Coba kalian sentuh kepala Akabeko sedikit saja, kepalanya akan bergerak untuk waktu yang sangat lama.
 Menggemaskan! Selain dalam bentuk boneka kayu, Akabeko juga dibuat dalam berbagai bentuk merchandise seperti gantungan kunci atau handphone, Akabeko yang terbuat dari kain dan bentuk unik lainnya yang kreatif untuk memikat pengunjung atau orang asing agar berwisata ke Aizu. Ayo kita ke Aizu, minna! Hehe.

Disamping kelucuan dan keunikannya, ternyata Akabeko juga dijadikan sebagai jimat keberuntungan. Kenapa sampai dianggap begitu? Mari kita simak sedikit sejarahnya.
Pada sekitar tahun 807, seorang biksu bernama Tokuichi pembuatan sebuah kuil di daerah Yanaizu. Ketika kuil tersebut selesai dibangun, seekor sapi atau lembu merah memberikan jiwanya kepada Buddha, lalu tubuhnya langsung berubah menjadi batu. Dalam cerita versi lain, dikatakan bahwa lembu tersebut menolak untuk keluar dari daerah kuil tersebut dan menjadi penghuni dari kuil tersebut.
Gamo Ujisato, orang yang memimpin daerah Aizu pada sekitar tahun 1590, mendengar mengenai cerita Akabeko dan langsung menyuruh tukang seninya untuk membuat mainan berdasarkan sapi merah dari cerita tersebut.
Di periode yang sama, terjadi wabah cacar di Aizu. Semua orang menderita terkcuali anak-anak yang memiliki mainan berwarna merah berbentuk sapi yaitu Akabeko. Semenjak itu, Akabeko menjadi jimat pelindung dari wabah penyakit. Aka berarti "merah", sedangkan beko adalah dialek Aizu untuk sapi.

Source
Nah, itu lah kenapa Akabeko dianggap sebagai jimat bagi penduduk Jepang, khususnya warga Aizu. Kalau kalian sedang sakit, sudah tahu pastinya apa yang harus dilakukan. Cari Akabeko atau sapi merah disekitar kalian sebagai jimat, kalau tidak ada juga, cari saja sapi biasa dan cat sampai seluruh badannya berwarna merah. Haha..
Tapi tetap saja, kita jangan hanya bergantung pada jimat tapi harus bisa berjuang untuk melawan penyakit tersebut.

Minna-san! Akabeko wa kawaii deshou? Wwww
Matta nee~

Tuesday, September 2, 2014

Tarian Soran Bushi

Tahu kah kalian tari Soran Bushi itu apa?
Mari kita lihat video berikut ini :



Setelah kalian melihat video di atas, apa kalian menyadari sesuatu dari tarian di atas? Gerakan tangan para penari mirip sesuatu, bukan?
Jika kalian menjawab gerakan tangan penari seperti gelombang atau menarik sesuatu, kalian dapat 100!

Lagu Soran Bushi menggambarkan kegiatan para nelayan di Hokkaido.
Soran Bushi merupakan salah satu lagu tradisional dari daerah Hokkaido, Jepang. Pada awalnya, lagu ini hanya dipakai sebagai penyemangat para nelayan yang memancing di sana, lalu dibuat lah tariannya yang menggambarkan kegiatan para nelayan, seperti mengangkat hasil pancingan, menarik jaring, dan menarik tali, juga menggambarkan gelombang laut.
Gerakan-gerakan dari tarian Soran Bushi ini bisa dibilang sangat cepat dan energik. Para penari harus bisa bergerak secara lincah dan kompak, karena ada gerakan di mana para penari harus melakukannya secara bersamaan sembari berteriak secara bersamaan pula. Keharmonisan gerakan dan seruan sangat penting dalam tarian ini.
Oh ya, FYI versi dari tarian Soran Bushi ini banyak, selain menarikan tarian aslinya, beberapa kelompok dalam maupun luar Jepang meng-aransemen tariannya menjadi lebih gampang untuk dipelajari dan dipraktekkan, tapi ada juga yang membuatnya menjadi lebih unik.
Dari video di atas juga, kalian pasti mendengar para penari seringkali menyerukan, "Dokkoisho! Dokkoisho!" dan "Soran! Soran!" pada beberapa bagian tarian. Tujuannya adalah untuk meningkatkan semangat para nelayan saat menarik jaring dan membawa hasil pancingan, juga pekerjaan lainnya.
Dan kalian tahu apa? Tari Soran Bushi ini sudah menjadi salah satu kurikulum bagi semua sekolah di Jepang.

Penasaran dengan sejarahnya?
Mari kita simak sejarah yang dijelaskan oleh The International Shakuhachi Society yang sudah saya translate :
Memancing ikan Herring membawa ribuan pemancing/pekerja migran ke Hokkaido, pulau di daerah utara Jepang, setiap musim semi hingga awal abad ini. Lagu menyertai setiap tahap memancing, seperti mendayung dan mengangkat jaring. "Soran Bushi" dinyanyikan sembari mengantarkan ikan Herring dari jala ke kapal dengan jala yang lebih besar. Banyak lirik yang sering diimprovisasi, erotis atau lucu - membantu para pekerja untuk tidak tidur selama beberapa hari.

Menarik, bukan? Dan hanya sedikit informasi, saya dan teman saya dari kelas Jepang di SMA kami menampilkan tarian ini di acara internal sekolah kami. Sayangnya saya belum sempat meng-upload videonya. Hehe..
Nah, sekarang giliran kalian! Ayo coba tarikan Soran Bushi, mungkin saja tarian ini bisa membuat kalian semangat juga dalam menjalani hari.

Minna-san! O tanoshimi to ganbatte nee?
Dokkoisho! Dokkoisho!
Soran! Soran! 

Source
Source

Source

Saturday, August 30, 2014

"WORKING!!" dan Arubaito atau Part-Time

Source : zerochan.net
"Working!!"
Sebuah anime yang menceritakan perjuangan seorang anak laki-laki bernama Souta Takanashi dalam melewati kesehariannya di sebuah restoran keluarga di mana ia bekerja. Wagnaria, nama dari restoran tersebut. Awalnya Souta tidak mau bekerja di mana pun, sampai Popura Taneshima, seorang gadis loli, memintanya untuk bekerja sampingan di Wagnaria karena kekurangan pekerja. Tertolong dengan kesukaan Souta terhadap hal-hal yang bersifat kecil dan kebetulan saja Popura memiliki tubuh yang kecil (walaupun sebenarnya Popura adalah kakak kelas dari Souta di sekolah yang sama) membuat Souta menerima pekerjaan tersebut, demi bisa mengelus senpai-nya yang kecil itu.
Setelah masuk dan mulai bekerja di Wagnaria, Souta mulai menyadari bahwa dia dikelilingi oleh orang-orang yang aneh.
Dimulai dari Mahiru Inami yang mempersulit pekerjaan Souta karena dia seorang penderita phobia terhadap laki-laki atau disebut  androphobia. Setiap Souta dan Inami bertemu secara tidak sengaja, secara refleks, Inami akan mendaratkan pukulan yang sangat keras di muka Souta.
Lalu ada Kyouko Shirafuji, manager dari Wagnaria. Dia bertugas untuk memantau jalannya dan kinerja pekerja Wagnaria. Itu lah yang seharusnya dia lakukan, sayangnya itu tidak pernah terjadi. Sikapnya yang cuek membuat dia tidak ingin susah untuk bekerja. Satu-satunya "pekerjaan" Kyouko adalah "mengontrol" pasokan bahan makanan di Wagnaria, dengan cara memakannya. Sering terlihat dia menyuruh Yachiyo untuk membuatkan parfait untuknya, menggunakan bahan dari Wagnaria, tanpa khawatir menggantikannya.
Berikutnya, Yachiyo Todoroki atau biasa dipanggil chief oleh pekerja lainnya. Yachiyo selalu membawa katana di pinggangnya dan tidak peduli dengan ketakutan orang-orang di sekitarnya, seperti pelanggan atau Souta ketika ia baru pertama kali bertemu dengan chief. Yachiyo sangat menghormati Kyouko, apa yang Kyouko minta, akan segera ia laksanakan dan apabila ada orang yang memberi Kyouko makanan atau terlihat akan mengambil Kyouko dari dirinya, menghunuskan katananya lah yang akan ia lakukan begitu melihat hal tersebut. Otoo biasanya yang menjadi sasaran katana Yachiyo.
Masih banyak lagi karakter dari anime "Working!!" yang memiliki sifat yang unik. Seperti : Jun Satou, koki dari Wagnaria yang berwajah yankee tapi berhati baik dan memiliki hobi menjahili Popura. Hiroomi Souma, si tukang gossip yang memiliki kemampuan untuk mengetahui semua aib-aib dari seluruh pekerja Wagnaria dan memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Aoi Yamada, perempuan misterius yang dibawa Otoo ke Wagnaria dan seorang troublemaker yang selalu mengganggu pekerjaan orang lain.
Dan masih ada beberapa lagi karakter unik yang ada dalam anime ini, tapi untuk tahu siapa mereka dan seperti apa mereka, tonton animenya ya! "Working!!" sudah ada season keduanya, yaitu "Working'!!" dan sudah ada juga pengumuman untuk season ketiganya.

Nah, sekarang saya mau menarik sebuah tema lagi dari anime ini, yaitu arubaito atau part-time yang artinya pekerjaan sampingan.
Arubaito biasanya dilakukan oleh-oleh mereka yang membutuhkan uang tambahan, dimulai dari anak-anak dengan umur sekitar 16 tahun sampai mereka yang sudah mempunyai pekerjaan utama sekali pun. Para peminat arubaito biasanya bekerja hanya dalam jangka waktu yang tidak lama, seperti selama masa-masa kuliah bagi para mahasiswa.
Hasil yang didapat dari arubaito pasti lebih sedikit daripada pekerjaan tetap, bayaran yang didapat juga berbeda-beda. Jika pekerjaan yang dilakukan tidak membutuhkan keahlian khusus, seperti bekerja di pabrik, biaanya bayarannya akan murah. Berbeda halnya apabila pekerjaan tersebut membutuhkan keahlian khusus, seperti translator, bayarannya pasti akan jauh lebih mahal. Semakin sulit sebuah pekerjaan, semakin bagus hasil yang akan didapat. Dan ingat, para pekerja arubaito dibayar per-jam dan biasanya bagi orang yang masih menempuh masa pendidikan, total waktu mereka per-minggunya dibatas, seperti maksimal bekerja 28 jam/minggu.
Beberapa dari arubaito juga memberikan beberapa syarat, seperti syarat umur, pengalaman pekerjaan, pengalaman pendidikan, dan waktu kosong pelamar pekerjaan. Untuk "pekerjaan malam", seperti bartender, biasanya khusus untuk mereka yang 18 tahun keatas. Dalam melakukan arubaito, waktu kosong kita lah yang harus mengikuti jadwal pekerjaan, bukan pekerjaannya yang harus mencocokkan waktu dengan kita.
Walaupun hanya sebuah pekerjaan sampingan, bukan berarti bisa kita sepelekan begitu saja. Kedisplinan tetap harus dijaga demi menjaga karisma kita, jika sampai yang memperkerjakan kita kecewa sedikit saja, bisa-bisa kalian dipecat.
Untuk melamar arubaito tidak lah sesulit melamar pekerjaan tetap. Kita bisa mendapatkan informasi tentang arubaito dari majalah, koran, atau mungkin iklan langsung di tempat bekerja itu sendiri. Untuk tata cara penerimaan pekerja, masing-masing penyedia arubaito memiliki caranya sendiri-sendiri, bisa dengan cara wawancara, hanya dengan mengisi form, sampai tes lapangan secara langsung. Bagi para pelajar asing, biasanya sekolah atau universitas yang mereka masuki akan membantu mereka dalam mendapatkan arubaito yang cocok dengan mereka. Tidak terlalu jauh, tidak menyita banyak hal.
Oh iya, bagi kita yang berasal dari luar Jepang atau orang asing, untuk bisa melamar arubaito, kita harus memiliki surat izin bekerja dari kantor imigrasi. Untuk mendapatkan surat izin bekerja, ada beberapa hal yang dibutuhkan, yaitu : Formulir pendaftaran surat izin bekerja, passport, semacam KTP orang asing. Untuk lengkapnya, kalian juga bisa membaca informasi tambahan mengenai bayaran, tata cara yang lebih jelas, dan cara untuk mendapatkan surat izin bekerja di sini.

Sekarang, bagi kalian yang akan belajar atau akan bekerja di Jepang, arubaito adalah salah satu sarana untuk membantu kalian hidup di sana. Dan kalian juga harus bisa mengatur uang yang kalian punya, jangan sampai kalian kehabisan uang ketika kalian membutuhkannya, ketika kalian menerima bayaran kalian, usahakan untuk sisihkan beberapa untuk tabungan.
Sekian dulu postingan kali ini. Semoga bermanfaat!
Terus pantengin "Beyond the Sakura Tree" ya, kawan-kawan? :)

Arigatou gozaimasu! Matta nee~

Wednesday, August 27, 2014

"Hanayamata" dan Tarian Yosakoi

 
Paatto paatto hareyaka ni
Sakasemashou hana no you ni~

Kalian pernah dengar penggalan lirik lagu di atas?
Ya, kalian semua benar. Lirik di atas adalah penggalan dari lagu "Hana wa Odore ya Irohaniho" yang dinyanyikan oleh Team "Hanayamata". Lagu ini adalah opening theme atau OP dari anime musim ini, Hanayamata.

Hanayamata menceritakan seorang gadis berumur 14 tahun yang hidup dengan segalanya normal. Keseharian yang normal, kemampuan yang normal, penampilan yang normal. Naru Sekiya namanya.
Dia sangat mengagumi "Pahlawan" dari sebuah dongeng yang sering dia baca. Naru selalu berharap ada peri yang akan membawanya ke dunia di mana dia bisa bersinar.
Suatu malam, kehidupan normal Naru berubah ketika ia bertemu dengan seorang gadis asing bernama Hana N. Fontainestand. Hana menari dan membawa Naru menuju sebuah dunia tarian yosakoi yang mengagumkan.
Bagaimana kelanjutannya? Silakan kalian tonton sendiri kelanjutannya.

Nah, pada anime Hanayamata ini, ada sebuah tarian yang menjadi tema dari anime ini. Apa itu?
Tarian yosakoi namanya.
Yosakoi adalah sebuah tarian yang unik dari Jepang, tepatnya dari daerah Kochi.
Yang membuat tarian Yosakoi unik adalah para penari menggunakana/membunyikan sebuah alat, yaitu naruko, saat mereka menari.
 Seperti ini lah bentuk naruko yang digunakan oleh para penari yosakoi. Bentuk dan corak dari naruko banyak macamnya, ada yang berbentuk bunga sakura, bercorak daun-daun musim gugur, sampai ada juga naruko yang bergambar tokoh anime favorit kita! Bentuk dan corak naruko biasanya tergantung dengan tema dari kostum atau keseluruhan penampilan.

Seperti bentuk naruko, kostum dan gerakan-gerakan pada tarian yosakoi juga bermacam-macam tergantung dengan tema yang akan ditampilkan.

"Tarian yosakoi mempunyai gerakan tangan dan kaki yang dinamis juga dengan kostum unik tiap penarinya."

Saya sudah menonton beberapa tarian yosakoi yang ada di YouTube dan memang benar, sangat indah. Walaupun banyak sekali tema-tema tarian yosakoi yang diusung, tiap tema memiliki keunikannya masing-masing, mau dari kostum, lagu, atau gerakannya.
Saya jadi ingin melihat penampilan yosakoi secara langsung, nih. Hehe
Ayo, kita lihat lagi tarian-tarian yosakoi yang indah dan keren lainnya!
Minna-san! O tanoshimi!

Penari Yosakoi di Festival Yosakoi tahun 2008 di Harajuku, Jepang.
Penari Yosakoi di Festival Yosakoi tahun 2006 di Harajuku, Jepang.

Kenapa Pohon Sakura?

Beberapa hari yang lalu, saya memperkenalkan blog ini dengan beberapa rencana kedepannya blog ini kepada teman saya. Tujuan saya, tentu saja, meminta pendapat dan saran untuk masa depan blog ini. Tapi setelah mengobrol sebentar, dia langsung bertanya,
"By the way, Zak. Kenapa pohon sakura?"
"Hah?" saya yang saat itu sedang mengetik, kaget karena tiba-tiba diajukan pertanyaan dengan nada tinggi. "Tadi kamu ngomong apa?"
"Gini, kenapa musti pohon sakura coba? Terlalu mainstream buat orang-orang yang pengen ke Jepang." jawabnya dengan nada tegas. "Kenapa namanya gak 'Impian Pergi ke Jepang' yang lebih ngejelasin niat kamu, atau 'Watashi no Yume' yang lebih Jepang-an dikit."

Saya langsung berpikir, kenapa juga ya? Kenapa pohon sakura yang nyangkut di kepala saya?
Jepang kan tidak hanya terkenal dengan pohon sakura. Ada Otaku, Akihabara, Osaka-jo, tradisi ocha-nya yang unik,  atau Samurai! Ya, benar! Samurai kan lebih keren, kenapa pada akhirnya saya memilih sakura? Sakura itu kan indah, merah muda, terkesan anggun dan feminim atau pada intinya, lebih menggambarkan wanita. Padahal saya ini kan cowo tulen, udah ganteng, macho lagi. (Maksudnya, masih chowo. :P )

"Iya juga, ya. Kenapa sakura yang gue dapet, ya?" jawab saya setelah berpikir.
Teman saya hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan ia juga tidak tahu mengapa.

Malamnya, saya berbaring di atas kasur sambil mendengarkan lagu. Playlist saya masuk ke lagu Sakura dari Ikimono Gakari, sebuah band dari Jepang. Tiba-tiba, percakapan teman saya dengan saya pun kembali menyambar kepala saya dan membuat saya kembali berpikir, kenapa ya?
Saya terus berpikir, kenapa saya sampai dapat judul tersebut untuk blog saya. Nanti, kalau ada yang menanyakan alasan saya memilih judul tersebut, check mate saya. Ugh, itu hal terburuk  bagi para blogger, masa blogger gak tau soal blog nya sendiri? Apa kata blogger pro di luar sana? Apa kata dunia? (Di sini saya mulai exaggerating.)

Ssssaatt, tiba-tiba sebuah ingatan menyambar. Benar! Dulu sekali, saat saya pertama kali melihat pohon sakura, saya sangat ingin bisa menyentuhnya. Sebuah pohon yang tidak terlalu besar, tapi indah berhiaskan daun-daun merah muda dengan bentuk yang hampir mirip hati, walaupun ujungnya lancip.
Hati saya gusar, penasaran seperti apa bentuk aslinya. Rasa ingin melihatnya dengan mata telanjang, mata sendiri, membuat saya tambah excited. Orang tua saya bercerita kepada saya, kalau saya ingin bisa melihatnya langsung, saya harus terbang ke Jepang.
"Kaka mau kemana, nanti Bapak lempar kesana." itu lah yang biasanya ayah saya katakan ketika saya ingin ke tempat yang jauh dari rumah.
Keinginan saya untuk bisa bertemu langsung dengan pohon sakura semakin besar ketika saya melihat orang-orang di televisi sedang menikmati musim semi sembari duduk bersama keluarga atau teman di bawah pohon sakura. Pasti sejuk dan "mengagumkan" rasanya.

"Di Bawah Pohon Sakura" atau "Beyond the Sakura Tree", itu lah tempat yang sudah lama saya impi-impikan, tempat dimana saya juga bisa merasakan kesejukan dan keindahan yang ada di depan mata. Hal yang sampai sekarang ini belum bisa saya rasakan. Tapi sekarang saya punya kesempatan untuk bisa melakukan hal tersebut, saya punya kesempatan untuk mencapai impian tersebut.
Maka dari itu, saya minta do'a dan bantuannya ya, teman-teman. Semoga saya berhasil mendapatkan beasiswa untuk pergi ke sana, ke tempat di mana saya bisa mewujudkan mimpi saya.
Mohon segala bentuk bantuannya!
Onegaishimasu!

Friday, August 22, 2014

Survival 3 Hari tanpa Seorang Ibu

Seorang ibu sangat berperan dalam suatu keluarga. Merekalah yang biasanya mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci pakaian dan peralatan makan, menyapu rumah, memasak, membangun kan suaminya dan anak-anaknya saat pagi. Semua hal itu dilakukan oleh para wanita bersuami setiap hari tanpa mengenal lelah. Nah, apa yang akan terjadi pada suatu keluarga yang ditinggalkan oleh "sang primadona rumah" dalam kurun waktu beberapa hari? Otomatis, pekerjaan yang biasa ia kerjakan juga ditinggalkan. Mau tidak mau, harus ada yang menggantikan ibu dalam mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ada dan hal tersebut adalah tantangan yang lumayan berat bagi seorang.. saya.

Minggu, tanggal 17 Agustus kemarin, ibu saya pergi ke Jakarta untuk sebuah acara. Pada hari sebelumnya, beliau sudah memberi semua list pekerjaan yang harus saya kerjakan dari pagi sampai malam. Pekerjaan yang beliau berikan tidak lah banyak, saya hanya harus memasak, mencuci, dan mengantarkan adik saya sekolah. Tapi berbeda apabila saya masih tetap harus pergi ke sekolah pada pukul 7 pagi dan belajar sampai pukul 3 sore, hal tersebut adalah tantangan tersendiri bagi saya.
Agar ibu bisa pergi dengan tenang, saya menyanggupi semua permintaan tersebut. Ibu saya tersenyum, beliau memberi saya beberapa tips dalam menanggulangi semua pekerjaan tersebut tanpa kewalahan karena sekolah yang menguras banyak tenaga juga waktu. Daftar menu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam sudah beliau siapkan, adik saya sudah beliau beri tahu untuk mau membantu saya dalam mengerjakan pekerjaan rumah, semuanya sudah siap untuk melepas ibu untuk pergi selama 4 hari (Minggu-Rabu) ke ibu kota.
Pagi sekali, ayah saya sudah menyiapkan mobil untuk mengantar ibu saya ke agen travel yang akan membawa ibu saya ke Jakarta. "Sarapan sudah ibu siapin. Nanti kalau adik-adik bangun, suruh makan ya." sembari beliau masuk ke dalam mobil, beliau kembali berpesan, "Ibu titip rumah, bapak, sama adik-adik ya, kak?" Saya hanya mengangguk. Mendengar hal tersebut, saya mendapat 3 hal yang berbeda : tekanan dari tanggung jawab yang berat, rasa senang bisa bebas bermain, dan firasat yang lumayan buruk.

Hari Minggu, siang hari.
Saya sedang bersantai di rumah sambil bermain  game dengan tenangnya. Setelah saya mencuci piring dan membuat makan siang, siang hari saya lewati dengan bermain sepuasnya bersama laptop saya. Sore hari datang, adzan Maghrib mulai berkumandang. Saya segera bersiap-siap untuk shalat Maghrib menyuruh semua adik-adik saya agar bersiap untuk shalat juga. Seusai shalat, saya segera memasak makanan untuk makan malam, menyantap makan malam dan kembali bermain dengan laptop saya. Tidak terasa malam bergulir begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, saya menyuruh semua adik saya untuk tidur karena besok mereka akan sekolah. Sebelum tidur, saya mencuci piring terlebih dahulu dan menyikat gigi, lalu loncat ke atas kasur dan bermimpi indah.

Hari Senin, pagi hari.
Jam setengah 5 pagi, saya bangun dan segera membangunkan ayah dan adik-adik untuk shalat Shubuh. Seusai shalat, saya langsung memasak sarapan dan makan siang untuk adik-adik saya nanti karena saya akan sekolah sampai sore. Sarapan sudah siap di meja, saya langsung pergi mandi, Ali (adik saya yang pertama) saya suruh untuk menyiapkan motor dan membuka pagar. Selesai mandi, saya langsung memakai seragam saya dan pergi mengantar Ali sebelum pergi menuju sekolah saya sendiri.
Singkat cerita, sore sudah menjemput. Jam menunjukkan pukul 5 sore, sudah saatnya saya menjemput adik saya yang kedua, Ruzbi. Setelah menjemput Ruzbi, saya kembali ke rumah dan melakukan rutinitas malam seperti hari sebelumnya, terkecuali mencuci piring. Ketika saya mau tidur, saya teringat tugas yang belum dikerjakan. Karena tugas tersebut berbentuk presentasi dan laporan ilmiah penelitian, akan memakan waktu yang lama untuk bisa menyelesaikannya. Pukul 10 malam, tugas saya baru setengah jalan, karena tidak ingin terlambat bangun besoknya, saya putuskan untuk segera tidur dan membuat kesalahan fatal.

Hari Selasa, pagi hari.
Saya bangun dan meraih handphone saya, layarnya menunjukkan pukul 6 tepat. Sontak saya bangun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi. Seusai mandi, saya langsung menyalakan kompor dan memanaskan minyak untuk menggoreng ayam dan telor untuk sarapan dan makan siang. Melihat waktu yang tipis, sembari menggoreng, saya mencuci beras dan memasukkannya ke dalam rice cooker. Ketika saya mau mengambil piring untuk Ruzbi dan Luthfa (adik bungsu saya), saya melihat rak piring kosong. Kaget, saya berlari menuju tempat cuci piring dan melihat tumpukan peralatan makan di sana. Gawat! Saya lupa mencuci semua peralatan makan tadi malam! Kran air saya nyalakan, spons saya tuangkan sabun dan mulai mencuci semua piring.
Ali mulai terlihat murung karena sebentar lagi ia harus sudah masuk ke dalam kelasnya. Seperti biasa, Ali sudah menyiapkan motor dan pagar sudah dibuka. Tanpa berpikir untuk sarapan terlebih dahulu, saya langsung berlari keluar rumah dan menaiki motor. Beruntung sekali Ali tidak telat, saya menghela nafas dan berangkat menuju sekolah dengan tenang, walaupun pada saat pelajaran dimulai, perut saya mulai berulah dan menganggu konsentrasi saya saat belajar. Ingat ya, semua! Sarapan itu sangat penting, karena tanpa sarapan, semua kegiatan kita di tengah hari akan terganggu.
Saat pelajaran terakhir akan dimulai, guru saya memanggil saya dan beberapa teman saya untuk mengikuti sebuah seminar di sebuah universitas di Bandung. Seminar dimulai dari pagi hingga siang dan diadakan pada hari Rabu. Benar, hari esoknya.
Seperti biasa, saya pergi menjemput Ruzbi dan langsung kembali ke rumah dan mengambil biola karena hari itu saya harus pergi les biola di daerah yang lumayan jauh dari rumah. Setelah les, saya melakukan semua yang seharusnya saya kerjakan pada malam hari. Dan, tentunya, tidak lupa untuk mencuci piring lagi. Sebelum adik-adik saya tidur, saya menjelaskan mereka mengenai rencana saya pada hari Rabu dan mereka mengerti, mereka sanggup untuk ditinggal sebentar dan Ali sanggup untuk mengurus mencuci dan memasak untuk semuanya.
Tugas yang kemarin saya kerjakan belum selesai, hari Rabu atau besoknya adalah hari terakhir pengumpulan laporan dan presentasi. Karena pada hari tersebut saya akan pergi, saya harus benar-benar menyelesaikan semua bagian pekerjaan saya untuk saya serahkan pada kelompok saya nantinya.

Hari Rabu, pagi hari.
Ternyata Ali terserang flu, dia sudah izin kepada ibu untuk tidak sekolah karena badannya tidak sanggup apabila dia harus sekolah. Sebenarnya, saya merasa beruntung karena Ali sakit, bukan karena saya senang ia terserang flu, tapi itu artinya ada yang mengawasi adik-adik kecil saya di rumah. Ali menyanggupi untuk memasak apabila adik-adiknya ingin makan. Hal tersebut membuat saya pergi dengan tenang menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, saya segera berkumpul dengan teman-teman saya dan berangkat menuju tempat seminar bersama guru saya. Ditengah-tengah acara, saya mulai merasa cemas dengan keadaan adik-adik saya di rumah, rasa gelisah mulai menjalar ke seluruh tubuh saya. Ketika acara seminar selesai, saya langsung memacu motor saya lurus menuju rumah saya. Sesampainya di rumah, bukannya wajah-wajah yang kelaparan yang saya lihat, justru mereka sedang asyiknya makan siang bersama. "Kenapa, kak? Kok mukanya pucat?" kata Ali. Saya kembali menghela nafas, rasa lega mulai menenangkan hati saya. Ali juga melaporkan bahwa ibu sebentar lagi akan sampai di rumah. Perasaan lega itu kian menyegarkan, beban yang saya tanggung kini hilang.

Sebenarnya, dalam 3 hari tersebut, saya melalui masa-masa yang sangat sulit. Saya sering memberontak dan menelepon ibu saya, mengatakan bahwa saya sudah capek dan banyak tugas sekolah yang harus saya segera kerjakan. Tidak hanya konflik hati, tapi tidak jarang pula saya bertengkar dengan adik-adik saya mengenai pekerjaan rumah. Yah, semua hal tersebut sangat berkesan bagi saya. Manis pedasnya ditinggal seorang ibu itu terasa, walaupun rasa pedasnya lebih terasa, haha.

Ya , itu lah pengalaman survival saya yang ditinggalkan oleh ibu dan menggantikan beliau dalam mengurus rumah juga keluarga. Kini saya sadar, bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga itu tidak lah mudah. Bagi kalian yang menyepelakan pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga, coba deh kalian lakukan semuanya, jangan cuman satu. All of them! And you will feel the sensation of busyness.

Terima kasih semuanya sudah mau membaca curhatan yang kurang jelas ini. Semoga saja ada hal yang bermanfaat bisa kalian dapatkan dari postingan ini. Dan terus baca postingan "Beyond the Sakura Tree" berikutnya dan ikuti perjuangan seorang Anvari dalam menggapai mimpinya. :)

See you next time!